Hubungan Antara Emotion-Focused Coping Dengan Kecenderungan Tindakan Self-Poisoning Pada Remaja Di Surabaya Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia

Kamis, 20 Oktober 2016 - 10:14:44 WIB
Dibaca: 760 kali

The 31st International Congress of Psychology 2016 (ICP2016), July 24-29, 2016, being held at the PACIFICO Yokohama in Yokohama, Japan.  Oleh : I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Astrid Lingkan Mandas Fakultas Psikologi  Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

 

Abstrak

Kebutuhan remaja yang semakin meningkat tidak diiringi dengan sarana dan prasarana yang sesuai menimbulkan permasalahan diantara remaja. Penyelesaian rmasalah yang tepat tergantung dari pemilihan strategi coping. Pemilihan strategi coping yang tidak sesuai menghasilkan perilaku yang cenderung menghambat.

 

Dalam rangka memperoleh kebutuhan dan keinginan tersebut, remaja cenderung memiliki cara sendiri dalam mencapai keinginannya tersebut dan terkadang bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku terutama karena remaja cenderung tidak berkemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakan pada orang lain, mengakibatkan remaja cenderung melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang yaitu self-poisoning

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara emotion-focused coping dengan kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja di Surabaya. Hipotesis penelitian ini adalah 1). ada hubungan yang positif antara emotion-focused coping dengan kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja di Surabaya.2). Ada perbedaan usia dengan self poisoning. 3). Ada perbedaan jenis kelamin dengan self poisoning. Teknik pengumpulan data menggunakan Cluster Random Sampling dari 3 SMK di Surabaya kelas 1, 2, dan 3 berjumlah 125 siswa.

 

Analisis data menggunakan Analisa Varians menunjukkan bahwa 1) ada hubungan yang sangat signifikan antara emotion-focused coping dengan kecenderungan tindakan self-poisoning (F = 1786.780 dengan p= 0,000 (p < 0,01)). Hal ini menunjukkan bahwa emotion-focused coping memiliki pengaruh pada kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja. 2)  ada perbedaan pengaruh usia yang signifikan terhadap kecenderungan tindakan self poisoning ( F = 134.605, p = 0.000 ( p < 0.01)). 3)  Tidak ada perbedaan pengaruh jenis kelamin terhadap kecenderungan tindakan self poisoning (F = 1.520, p = 0.221 (p> 0.05)). 

 

Kata Kunci : emotion-focused coping, self-poisoning, remaja, usia, jenis kelamin

 

PENDAHULUAN

 

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia tahun 2015 bunuh diri di sejumlah negara merupakan penyebab kematian nomor dua pada penduduk usia 15-29 tahun. Data WHO tahun 2015 mencatat, setiap tahunnya terdapat 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri.

“Setiap 40 detik terdapat 1 orang di dunia yang meninggal, karena bunuh diri dengan rasio 11,4 per 100.000 populasi,” ujar Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Viora di Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (11/9/2015). Di Indonesia, berdasarkan laporan kepolisian tahun 2012 terdapat 981 kasus kematian karena bunuh diri dan 921 kasus pada tahun 2013. Angka tersebut belum termasuk kasus yang tidak dilaporkan.

Berdasarkan data estimasi WHO tahun 2012, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 4,3 per 100.000 populasi ( http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/ bunuh-diri-di-usia-produktif )

Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, laki laki melakukan bunuh diri (comite suicide) empat kali lebih banyak dari perempuan. Namun, perempuan melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Posisi Indonesia sendiri hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang mencapai 250.000 per tahun.

 

Merujuk pada data-data tersebut diatas, maka permasalahan bunuh diri pada remaja merupakan hal penting yang seharusnya menjadikan perhatian bagi pemerintah dan masyarakat, mengingat remaja merupakan generasi penerus bangsa. Sebagai penerus, kaum remaja semestinya memiliki ketahanan mental yang baik dengan menguasai strategi coping yang sesuai. Namun proses pembelajaran ini seringkali tidak sempurna karena adanya faktor eksternal yang belum kondusif seperti pengasuhan, pengaruh peer, dan contoh dari masyarakat (Santrock, 2003) 

 

Dalam rangka memperoleh kebutuhan dan keinginan tersebut, remaja cenderung memiliki cara sendiri dalam mencapai keinginannya tersebut dan terkadang bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku terutama karena remaja cenderung tidak berkemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakan pada orang lain, mengakibatkan remaja cenderung melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang seperti self-harm, dalam hal ini self-poisoning.

Self-poisoning merupakan model paling umum dari DSH di Pakistan (Khurram & Mahmood, 2008). Penelitian lain mengatakan hampir 70 % dari orang-orang muda dirawat di rumah sakit karena melakukan serangkaian perilaku self-harm sebagian besar self-poisoning (Hawton, dkk dalam Wood, 2009). Di Indonesia sendiri khususnya Surabaya, dikutip dari situs yang bernama detik.com, Nalini (2013) bahwa diketahui 27 korban meninggal karena percobaan bunuh diri. Kebanyakan wanita berusaha untuk bunuh diri dengan cara meminum racun serangga dan obat pel. Namun  jumlah yang belum diketahui masih banyak yang belum terdata.

Ketika remaja menjalani kehidupan yang memang tidak mudah disertai tekanan dimana remaja tidak memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakannya pada orang lain yang pada akhirnya membuatnya melakukan berbagai tindakan yang bisa dikategorikan menyimpang seperti self-poisoning pada saat itulah remaja melakukan suatu perilaku yang dinamakan coping behavior. Menurut  Lazarus  &  Folkman (1984) coping behavior adalah  suatu proses  dimana  individu  mencoba  untuk  mengatur  kesenjangan  persepsi  antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.

Strategi coping sendiri terdiri atas 2 kategori besar yaitu Problem-Focused Coping dan Emotion-Focused Coping. (Lazarus & Folkman, 1984). Emotion-focused coping adalah coping yang bertujuan untuk mengatur atau mengurangi tekanan emosional (Stahl dkk, dalam Forsythe, 2010). Apabila self-poisoning adalah salah bentuk coping behavior yang bertujuan untuk menghindar dari sumber stres dan menghadapi perasaan maka coping  yang dimaksud adalah emotion-focused coping (EFC). Remaja perempuan lebih banyak menggunakan EFT dibandingkan dengan laki-laki. Sementara semakin muda usia remaja ketika berhadapan dengan permasalahan yang kompleks akan lebih cenderung menggunakan EFC dibandingkan remaja dengan usia yang lebih matang (Santrock, 2002; Carrs, 2002).

 

HIPOTESIS

 

Hipotesa penelitian bahwa 1). ada hubungan yang positif antara emotion-focused coping dengan kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja di Surabaya. 2). Ada hubungan jenis kelamin dengan kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja di Surabaya. 3). Ada hubungan usia dengan kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja di Surabaya.

HASIL PENELITIAN

Analisis data menggunakan Analisa Varians menunjukkan bahwa 1) ada hubungan yang sangat signifikan antara emotion-focused coping dengan kecenderungan tindakan self-poisoning (F = 1786.780 dengan p= 0,000 (p < 0,01)). Hal ini menunjukkan bahwa emotion-focused coping memiliki pengaruh pada kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja. 2)  ada perbedaan pengaruh usia yang signifikan terhadap kecenderungan tindakan self poisoning ( F = 134.605, p = 0.000 ( p < 0.01)). 3)  Tidak ada perbedaan pengaruh jenis kelamin terhadap kecenderungan tindakan self poisoning (F = 1.520, p = 0.221 (p> 0.05)). 

 

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, telah terbukti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara Emotion-Focused Coping dengan kecenderungan tindakan Self-Poisoning pada remaja di Surabaya. Semakin tinggi EFC diikuti dengan semakin tingginya SP pada remaja, dan sebaliknya semakin rendah EFC diikuti dengan semakin rendahnya SP pada remaja. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara EFC dengan SP diterima/terbukti.

Dalam jenjang kehidupan, masa remaja adalah masa yang sangat penting dan menentukan karena pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan fisik dan psikis. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut sebagai sturm und drang. Tekanan-tekanan seperti itu terjadi karena memang masa remaja adalah masa yang tergolong singkat sedangkan dalam masa ini remaja dituntut untuk bisa menyelesaikan serangkaian tugas perkembangan. Berhasil dalam tugas perkembangan sangat menentukan untuk bisa berhasil dalam masa-masa perkembangan selanjutnya.

Ketika remaja menghadapi segala tekanan dan permasalahan dari berbagai aspek dalam kehidupannya, remaja cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping dari pada problem-focused coping. Remaja lebih memilih untuk menghindari masalahnya daripada menyelesaikan secara langsung. Remaja cenderung berfokus menghilangkan emosi negatif yang menyerangnya. Dalam hal ini remaja melakukan mekanisme pertahanan diri atau defend mechanism. Remaja melakukan tindakan pembenaran diri dengan membuat sesuatu yang tidak rasional serta tidak menyenangkan menjadi hal yang rasional dan menyenangkan bagi  diri sendiri, menolak kenyataan pahit seperti kecewa, marah, sedih yang dialaminya tidak pernah terjadi, atau bahkan menyalahkan keadaan atau orang lain atas segala yang telah dialaminya. Ada juga tipe remaja yang cenderung lebih memilih untuk menyimpan permasalahan yang dialami daripada mengungkapkannya pada orang lain. Remaja juga cenderung berusaha untuk menjadi seperti orang lain karena tidak puas dengan dirinya sendiri. Selain itu, ketika sedang mengalami masalah, remaja cenderung meninjau kembali permasalahan secara subjektif untuk mengurangi dampak-dampak yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Semakin sering remaja melakukan mekanisme pertahanan ini, maka semakin rentan remaja untuk melakukan tindakan self-poisoning.

Laki dan perempuan pada tahapan proses pencarian strategi penyelesaian masalah menjadi bukan permasalahan lagi karena ketika remaja sedang menghadapi masalah mereka lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Dukungan orang tua, penerimaan teman sebaya dan kesempatan remaja untuk berprestasi menjadi hal yang jauh lebih penting dibandingkan dengan gender yang mereka miliki.

 

Pada tataran usia, rupanya kematangan dalam berpikir karena usia mereka lebih dewasa menjadi salah satu pertimbangan mengapa remaja berkecenderungan untuk melakukan tindakan self poisoning. Pada remaja yang lebih dewasa lebih memiliki logika berpikir yang lebih baik dibandingkan dengan remaja yang berusia lebih muda. Remaja yang lebih muda cenderung tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  • Alderdice, J. L., et al. 2010. Self-Harm, Suicide, And Risk : Helping People Who Self-Harm. Final Report Of A Working Group.
  • Atkinson, R. L., et al. 1999. Pengantar Psikologi. Edisi VIII. Jakarta : Erlangga.
  • Azwar. S. 2012. Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Belajar.
  • Bancroft. J. H. J., dkk. 1975. Self-Poisoning And Self-Injury In The Oxford Area. British Journal Of Preventive And Social Medicine.
  • Camidge, D. R., dkk. 2003. The Epidemiology Of Self-Poisoning In The UK. British Journal Of Clinical Pharmacology.
  • Chandler, A. 2011. What Do We Know About Self-Harm From Existing Research. University Of Edinburgh.
  • Conger, J. J. 1977. Adolescence And Youth : Psychological Development In A Changing World. New York : Harper & Row Publisher.
  • Eddleston, M. 2000. Patterns And Problem Of Deliberate Self-Poisoning In The Developing World. Original Paper. United Kingdom : University Of Oxford.
  • Favazza. A. R. 2012. Nonsuicidal Self-Injury : How Categorization Guides Treatment. Current Psychiatry.
  • Forsythe, S. M. 2010. Coping Behavior And Coping Differences In African American Adolescents. Thesis. Oregon : Master Of Science In Clinical Psychology Pacific University.
  • Granello, D. H., dan Granello, P. F. 2007. Suicide : An Essential Guide For Helping Professionals And Educators. Unites States Of America : Pearson Education, Inc.
  • Greydanus. D. E., dkk. 2009. Deliberate Self-Harm And Suicide In Adolescents. Medical Journal.
  • Hamalik. O. 2010. Karakteristik Masa Remaja : Konsep Tentang Adolescence. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
  • Hawton, K., dkk. 2012. Self-Harm And Suicide In Adolescents. Paper. University Of Oxford.
  • Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi V. Jakarta : Erlangga.
  • Kapur, N., et al. 2004. Emergency Department Management And Outcome For Self-Poisoning : A Cohort Study. General Hospital Psychiatry.
  • Khurram, M., dan Mahmood, N. 2008. Deliberate Self-Poisoning : Experience At A Medical Unit. Rawalpindi : Rawalpindi Medical College.
  • Kirchner, T., dkk. 2011. Self-Harm Behavior And Suicidal Ideation Among High School Student. Gender Differences And Relationship With Coping Strategies. Department Of Personality And Psychological Treatment.
  • Lazarus, R. S. 1976. Patterns Of Adjusment. Edisi III. Japan : McGraw-Hill, Inc.
  • Lazarus, R. S., Folkman. 1984. Stress Appraisal And Coping. New York : McGraw-Hill, Inc.
  • Lifshitz, M., Gavrilov, V. 2002. Deliberate Self-Poisoning In Adolescents. Original Article. Israel : Ben-Gurion University.
  • Lyon, B. 2011. Stress, Coping, and Health. A Conceptual Review.
  • Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.
  • Memon, A., dkk. 2012. Changing Trends In Deliberate Self-Poisoning At Hyderabad. Original Article. Pakistan : Department Of Forensic Medicine.
  • Mind. 2010. Understanding Self-Harm. Booklet. National Association For Mental Health.
  • Monks, F. J., et al. 2001. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press.
  • Monks, F. J., et al. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
  • Morris, C. G., dan Maisto, A. A. 2003. Understanding Psychology. Edisi VI. United States Of America : Pearson Education, Inc.
  • Neilson, Z. E., dan Morrison, W. 2012. Childhood Self-Poisoning : A One Year Review. Scottish Medical Journal.
  • NICE. 2004. Self-Harm : The Short Term Physical And Psychological Management And Secondary Prevention Of Self-Harm In Primary And Secondary Care. Clinical Guideline.
  • Papalia, D. E., dan Olds. S. W. 1989. Human Development. New York : McGraw-Hill, Inc.
  • Pardede, C. MJ., dkk. 2012. Karateristik Penderita Percobaan Bunuh Diri Dengan Racun Di RSUD  DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2006-2011. Departemen Epidemiologi.
  • Santrock, J. W. 2006. Human Adjustment. New York : McGraw-Hill, Inc.
  • Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers.
  • SCIE. 2012. Theraphies And Approaches For Helping Children And Adolescents Who Deliberately Self-Harm (DSH). SCARE Briefing.  
  • Scoliers, G., et al. 2008. Reasons For Adolescent Deliberate Self-Harm : A Cry For Help And/Or As Cry For Help?. Original Paper : SPPE
  • Smith, J. 2013. Stress And Coping For Adolescents. James Cook University.
  • Soejanto, A. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta.
  • Suryabrata, S. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Perseda
  • Watson. R. I., Lindgren. H. C. 1979. Psychology Of The Child. Edisi IV. New York : Macmillan Publishing.
  • Wood, A. 2009. Self-Harm In Adolescents. Journal Of Continuing Professional Development.
  • Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

----2004. Cutting VS Poisonoing. Retrieved July, 10,2013.

http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA118041868&v=2.1&u=wash89460&it=r&p=AONE&sw=w

----2009.  What Is Self-Harm. Retrieved (?) from http://au.reachout.com/ What-is-self-harm

----2009. Young People Who Self-Harm : Implications For Practitioners. Retrieved July, 16,2009  www.reconstruct.co.uk

----2010. Symptoms Of  Self-Poisoning. Retrieved (?) http:// www.nhs.uk/ Conditions/Poisoning/ Pages/ Symptoms.aspx

----2013. Suicide. Retrieved July, 10,2013. http://www.teenhealthandwellness.com/ article/ 316/ suicide

----2013. Drugs, Alcohol, and Emotional Health. Retrieved July, 10,2013. http://www.teenhealthandwellness.com/ article/ 316/ suicide

----2013. Drugs, Alcohol, And Peer Pressure. Retrieved July, 10,2013. http://www.teenhealthandwellness.com/ article/ 316/ suicide

----2013. Stress. Retrieved July, 10,2013. http://www.teenhealthandwellness.com/ article/ 316/s uicide

----2013. Teen Stress. Retrieved July, 10,2013. http://www.teenhealthandwellness.com/ article/316 / suicide


 

Komentar